Sering, kan, kita jumpai anak yang
kepala atau telapak tangannya selalu berkeringat. Sampai-sampai si anak
mengadu pada orang tuanya dengan kesal karena setiap kali menulis atau
memegang sesuatu, telapak tangannya berkeringat. Habis dilap, keringat
akan mengucur kembali.
Bahkan, ada anak yang tetap
berkeringat meski berada di ruangan ber-AC. Akibatnya, orang tua
terpancing dan menduga anaknya masih kepanasan, sehingga AC-nya dibuat
lebih dingin dengan harapan anaknya enggak berkeringat lagi. Tapi,
ternyata anak tetap berkeringat.
Nah, kebanyakan orang tua lantas
menjadi cemas, "Jangan-jangan anak saya terkena penyakit jantung."
Bukankah salah satu gejala penyakit jantung adalah penderita
mengeluarkan banyak keringat?
Memang, seperti diakui Dr. Najib Advani, Sp.AK, MMed. Paed.,
keluarnya banyak keringat bisa merupakan gejala penyakit kronis,
seperti TBC, Malaria, atau gagal jantung. "Tapi jangan dibalik, lo.
Bukan banyak keringat yang mengakibatkan penyakit jantung, misalnya,"
tukas spesialis anak Konsultan Ahli Jantung Anak Bagian Kesehatan Anak
FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta ini.
Keluarnya banyak keringat juga bisa
ditemukan pada anak yang memang punya kecenderungan untuk alergi
(atopi). Selain itu, tumor pada kelenjar adrenalin juga bisa
menyebabkan banyaknya keringat yang keluar. "Tapi ini biasanya disertai
dengan gelisah dan tekanan darah tinggi," tutur Najib. Anak dengan
obesitas juga sering banyak mengeluarkan keringat, "karena lapisan
lemaknya tebal, sehingga ia merasa panas terus," lanjutnya.
Gejala lain:
Penghentian pemakaian obat-obat
tertentu, seperti obat penenang, juga bisa membuat anak berkeringat.
"Kalau pemberian obat dihentikan, anak jadi gelisah. Akibatnya,
keringat bercucuran." Kondisi lain, karena hipoglikemi (kadar gula
darah dalam tubuh menurun), kondisi hipertiroid (kelebihan hormon
tiroid), kekurangan vitamin B6, atau karena intoksikasi (keracunan)
salisilat. "Salisilat adalah salah satu obat penurun panas. Jika dosis
yang diberikan berlebih akan membuat anak banyak berkeringat."
Dengan demikian, kita patut curiga
bila si kecil mengeluarkan banyak keringat disertai gejala-gejala lain,
atau sebelumnya tak pernah berkeringat dan tiba-tiba di usia 2 tahun
ia mengeluarkan banyak keringat dibarengi gejala-gejala lain.
Misalnya, anak banyak berkeringat
dibarengi sesak napas, mungkin merupakan penyakit jantung. Atau, bayi
yang enggak kuat menyusu; saat menyusu sebentar-sebentar berhenti dan
berkeringat. "Kita harus curiga dan segera membawanya ke dokter untuk
evaluasi lebih lanjut," tukas Najib.
Jadi, Bu-Pak, jangan keburu cemas
dulu, apalagi sampai panik bila si kecil mengeluarkan banyak keringat.
Kalau memang tak ada gejala lain yang menyertainya, berarti banyaknya
keringat yang dikeluarkan merupakan kondisi normal yang sering dijumpai
pada anak. Terlebih lagi, kata Najib, pada kebanyakan kasus, banyaknya
keringat yang keluar bukan lantaran penyakit atau kelainan tertentu.
"Bisa saja memang bawaan anak begitu, sejak bayi memang sudah banyak
atau gampang berkeringat."
Ada beberapa kondisi yang bisa membuat
anak banyak berkeringat. Diantaranya, emosi. Misalnya, stres. "Ini
bisa menyebabkan keringat yang keluar bertambah." terang Najib. Kondisi
lain, mungkin pakaian yang dikenakannya terlalu tebal. Apalagi bila
gerakan-gerakan fisiknya juga bisa membuat ia gampang berkeringat.
"Anak yang sedang demam atau baru sembuh dari demam pun akan mudah
berkeringat," tambah Najib.
Disamping itu, suhu lingkungan yang
tinggi. Bukankah jika suhu lingkungan tinggi, maka suhu tubuh pun akan
terpengaruh? Sehingga, secara mekanisme alamiah, keluarlah keringat.
Jadi, normal, kan? Justru dengan keluarnya keringat, suhu tubuh akan
turun. Badan pun jadi dingin karena keringat yang keluar akan menguap
dan mengambil panas dari kulit.
Oh ya, spicy food atau makanan
yang berbumbu, seperti lada atau cabe, juga akan semakin merangsang
pengeluaran keringat. Enggak usah pada anak, kita saja yang dewasa jika
mengkonsumsi makanan dengan kandungan lada atau cabe juga akan
berkeringat lebih banyak dari biasanya. Iya, kan?
KURANGI FAKTOR PENCETUSNYA
Nah, sekarang udah lebih tenang, kan,
Bu-Pak? Saran Najib, Ibu-Bapak tak perlu berprasangka yang bukan-bukan
selama si kecil pertumbuhannya bagus dan enggak ada gejala-gejala lain
yang menyertainya. Apalagi biasanya, semakin besar anak, kondisi ini
juga akan semakin menghilang, kok.
Memang ada obat-obatan yang bisa
mengurangi pengeluaran keringat untuk sementara waktu. "Tapi, begitu
pemakaian obat dihentikan, anak akan kembali berkeringat. Jadi, kita
memang enggak anjurkan. Masalahnya, sampai kapan kita harus memberinya
obat," tutur Najib.
Yang perlu diperhatikan justru
mengurangi faktor-faktor pencetus banyaknya pengeluaran keringat.
Misalnya, kalau sudah tahu si anak lebih mudah berkeringat, ya, jangan
memakaikan baju tebal-tebal di siang hari bolong. Apalagi saat anaknya
sedang beraktivitas di luar rumah. "Sebaiknya gunakan bahan yang
menyerap keringat." Kemudian, hindari makanan pencetus, seperti yang
mengandung lada dan cabe.
Pada anak obesitas, dianjurkan untuk
mengurangi berat badan atau paling tidak pertambahan berat badannya
dikurangi. Misalnya, diet; banyak makan sayur dan buah-buahan, hindari
makanan yang berlemak dan berkabohidrat tinggi
0 comments:
Post a Comment